Tentang Kebahagiaan, Karir, dan Visinya Untuk Pemuda Indonesia

Tahun ini, Tri Wahyuningsih (General Manager  Corporate Communications) atau kerap kami sapa Mbak Ayu merayakan 14 tahun karirnya di XL Axiata. Di awal tahun 2000-an, Mbak Ayu yang saat itu bahkan belum memboyong gelar sarjana sudah memulai kiprahnya di industri telekomunikasi. Sebuah industri yang tidak terbayang akan digelutinya karena Ayu kecil ingin jadi dokter.

Berkarya di industri telekomunikasi membuat Mbak Ayu selalu belajar. Indra mata dan telinga terus ia siagakan untuk mengejar dinamika industri. Hati dan pikirannya selalu dibuka supaya mampu terus berkontribusi. Musik dan Bali ia jadikan sarana untuk menenangkan pikiran.

Disela-sela jadwal meeting yang berdesakan, Mbak Ayu menyempatkan diri untuk berbincang tentang karir dan visi hidupnya.

 

Mengapa XL?

Awalnya saya ingin jadi dokter. Waktu ujian masuk kampus pilihan saya ada dua yaitu kedokteran atau FISIP. Kebetulan, yang keterima di FISIP UI. Lalu mulailah dilema antara ambil kuliah FISIP dan give up my dream to be a doctor. Setelah konsultasi sana-sini saya pun ambil kuliah FISIP UI. Tahun depannya saya coba lagi untuk ambil kedokteran dan ternyata gak keterima lagi. Akhirnya saya berkesimpulan bahwa inilah jalan terbaik.

Zaman kuliah saya mulai cari uang sendiri dengan menjadi SPG di perusahaan telekomunikasi. Dari sanalah jalan saya memasuki dunia telekomunikasi dimulai, dan saya mulai dari bawah sekali. XL mempunyai dinamika yang saya suka sehingga akhirnya saya memutuskan berkarir di perusahaan ini.

 

Setelah 14 tahun berkarya di XL, sudah pernah handle apa saja Mbak Ayu?

Dalam kurun waktu 14 tahun saya pernah ditugaskan di beberapa function. Dari corporate sales ke product karena saya dulu sering kasih feedback sama orang product. Lalu saat pegang product saya suka ‘berantem’ ke marketing, makanya kemudian ditugaskan ke marketing. Dari marketing lalu pegang XL Tunai, VAS dan sekarang di Corporate Communication.

Terakhir waktu ditugaskan Pak Hasnul Suhaemi (ex-CEO XL Axiata) di Corporate Communication saya sempat ragu karena saya merasa tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan. Namun menurut beliau, saya memiliki modal utama yaitu knowledge tentang bisnis dan communication skills. Dan akhirnya saya tetap coba karena bagi saya opportunity itu challenge.

Ketika dulu sering memberikan feedback ke tim marketing sampai akhirnya ditawarkan masuk marketing pun bagi saya itu juga challenge. Jadi kuncinya adalah agile.

 

Ada yang menarik ketika Pak Hasnul menugaskan Mbak Ayu ke posisi sekarang. Apakah setelah itu Mbak Ayu bekerja untuk membuktikan keyakinan Pak Hasnul atau simply I work for myself?

Di setiap saya pindah ke tempat baru, saya pasti selalu belajar. Saya ikut coaching, baca buku, ikut seminar, training, dan alignment. Alignment ini menurut saya yang sangat penting – ke semua tim, unit lain, atasan, maupun bawahan. Kuncinya jangan pernah malu untuk merasa bodoh. Dengan demikian kita juga bisa perform sekaligus membuktikan bahwa kita bisa mendapatkan kompetensi yang diharapkan.

 

Value apa yang Mbak Ayu selalu pegang professionally and personally?

Nomor 1 adalah happiness. Dan itu kita harus dapatkan sendiri. Untuk kerjaan, keluarga, atau kehidupan sosial kunci utamanya adalah harus membuat bahagia.

 

Now what makes you happy?

Simplicity. Dengan simplicity, ujungnya juga adalah kebahagiaan atau happiness itu tadi.

 

Bagaimana Mbak Ayu menemukan kebahagiaan?

Selalu melihat segala sesuatunya dengan sederhana dan permudah untuk mencari solusinya. Simplify everything.  Saya pernah ikut training Tony Robbins dan ia mengajarkan bagaimana melihat segala sesuatunya dengan lebih mudah and how to understand people and problem. Berlatihlah untuk berpikir sederhana.

Saat ini Mbak Ayu tengah menjalani banyak peranan. Selain aktivitas sebagai seorang karyawan dan ibu rumah tangga, ia sedang menempuh MM Strategic Innovation di Prasetiya Mulya. Kepiawaiannya dalam menjalani hari-hari dengan optimal memberikan banyak inspirasi yang pasti berguna bagi siapapun yang juga sedang menjalani multi-karier.

 

Hobi Mbak Ayu apa?

Saya suka main games seperti candy crush, pokemon-go, dsb. Saya juga suka nonton karena itu merupakan pembelajaran yang baik tanpa harus mengalami. Satu lagi, saya suka baca dan punya banyak koleksi e-book. Selain baca buku kuliah ya, hehe.

 

Apa rasanya setelah berkarir sekian lama lalu kembali jadi mahasiswi lagi?

Transisinya sih cukup seru ya karena yang dipelajari juga berbeda sekali dan beban kuliah yang sekarang cukup berat. Jadi cukup shock karena setelah 14 tahun akhirnya kembali duduk menjadi murid lagi. Pada saat menjalani kuliah, sekarang saya lebih banyak ditantang untuk membuat inovasi yang kadang cukup ekstrem. Dan bagi saya sekarang ‘harga’ yang dibayar cukup mahal karena harus meluangkan banyak waktu demi menyelesaikan kewajiban ini.

Ditambah lagi, classmates saya rata-rata sudah senior dengan jam terbang yang sudah tinggi. Sehingga diskusinya sangat menarik. Asyiknya adalah kami semua bisa melepaskan titel dan jabatan begitu masuk ke dalam kelas.

 

Menurut Mbak Ayu, lebih baik cepat-cepat kuliah S2 atau kerja dulu?

Semuanya baik, tetapi bagi saya kerja dulu dan merasakan tantangan industri itu penting. Studi lanjutan itu diambil apabila dibutuhkan karena ujung-ujungnya experience yang akan lebih banyak berbicara karena semua yang diajarkan di kelas itu ideal dan indah, sedangkan di dunia nyata lebih menantang.

 

Nasehat terbaik yang pernah diterima?

Orang tua saya pernah bilang, “Apapun yang kamu lakukan, acceptance yang paling utama.” Artinya, diterima oleh lingkungan itu sangat penting. Ini mungkin terlihat sederhana, tetapi pada saat dewasa dan kerja, ini sangat penting untuk dapat meningkat kariernya.

 

Pesan untuk anak-anak XL Future Leaders?

Kejar harapan kalian setinggi langit tapi jangan lupa untuk have fun. Don’t put too much pressure on yourself!

 

Salam, Semangat Pagi! 

Words by Tidar Rachmadi