WOMEN NAVAL ENGINEER
Get Closer to Santi Fresti Qauli XLFL Alumni Batch 2
Perempuan dan dunia teknik, sekali lagi, seperti dua dunia yang saling terpisah. Banyak stereotype terbangun dalam masyarakat yang akhirnya meminggirkan perempuan dari perkembangan dunia teknik. Sementara perkembangan teknik begitu pesat dan membuka peluang besar bagi terobosan upaya gerakan perempuan dan pemberdayaan perempuan. Namun sayangnya perempuan-perempuan masih belum menjadi sentral dalam perkembangan itu dan belum sepenuhnya bisa memainkan peran krusial. Oleh karena itulah, Santi sebagai seorang perempuan yang mempunyai pemikiran berbeda memberanikan diri untuk menempuh pendidikan dengan jurusan Teknik Perkapalan dengan keyakinan bahwa kelak dunia teknik kemaritiman akan berkembang pesat.
Benar saja, pada tahun 2014, Presiden Jokowi menegaskan konsep Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dalam pidatonya pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-9 East Asia Summit (EAS) di Nay Pyi Taw, Myanmar, sehingga agenda pembangunan akan difokuskan pada 5 (lima) pilarutama, yaitu:
- Membangun kembali budaya maritim Indonesia.
- Menjaga sumber daya laut dan menciptakan kedaulatan pangan laut dengan menempatkan nelayan pada pilar utama.
- Memberi prioritas pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritime dengan membangun tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan, dan pariwisata maritim.
- Menerapkan diplomasi maritim, melalui usulan peningkatan kerja sama di bidang maritim dan upaya menangani sumber konflik, seperti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran laut dengan penekanan bahwa laut harus menyatukan berbagai bangsa dan negara dan bukan memisahkan.
- Membangun kekuatan maritim sebagai bentuk tanggung jawab menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan maritim.
Komitmen pemerintah menjadikan Indonesia sebagai poros maritime dunia seperti yang dituangkan dalam Nawa Cita bukan tanpa upaya konkret. Presiden Joko Widodo bahkan sudah mewajibkan instansi dan BUMN membeli kapal dari galangan nasional. Artinya, industri perkapalan menjadi penyokong utama dan sekaligus penikmat kebijakan ini. Industri perkapalan nasional menjadi penyokong berwujudnya Indonesia menjadi Negara maritim.
Berbicara mengenai membangun kekuatan maritim sebagai bentuk tanggung jawab menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan maritim, TNI Angkatan Laut membutuhkan setidaknya 151 kapal perang. Jika seluruh industri galangan kapal domestik diberdayakan, RI mampu memproduksi 50 kapal perang per tahun. Dengan begitu, kebutuhan 151 kapal perang TNI Angkatan Laut dalam rangka pengamanan kedaulatan NKRI dapat dipenuhi sekitar tiga tahun saja. Saat ini jumlah galangan kapal di Indonesia telah mencapai 250 perusahaan, salah satunya adalah tempat saya bekerja saat ini, PT. Caputra Mitra Sejati yang berlokasi di Bojonegara, Banten. Galangan tempat Santi bekerja tentu saja mendapatkan dampak positif dari kebijakan tersebut sehingga mendapatkan proyek kapal perang pertama sekaligus proyek pertama baginya yaitu kapal patrol cepat 43 meter milik TNI Angkatan Laut yang saat ini bernama KRI Cakalang-852. Proses pembangunan dimulai pada tahun 2015. KRI Cakalang-852 mempunyai spesifikasi teknis panjang keseluruhan 43 meter dengan lebar keseluruhan 7,4 meter. Konstruksi kapal terbuat dari baja, sedangkan untuk konstruksi bangunan atas terbuat dari alumunium. KRI Cakalang memiliki kecepatan maksimum 24 knot dan diawaki oleh 35 orang dengan klasifikasi oleh Biro Klasifikasi Indonesia.
(foto oleh Santi Fresti untuk pasangmata.com)
Pada tahun 2016, pembangunan kapal patrol cepat 40 meter dengan kontruksi terbuat dari alumunium dengan spesifikasi teknis panjang keseluruhan 45 meter, lebar keseluruhan 7,4 meter, kecepatan maksimal 24 knot, diawaki oleh 31 orang, dilengkapi dengan senjata meriam kaliber 30mm dan kaliber 12.7 mm meter yang diberi nama oleh Ibu Ina Taufiq, istri dari Wakil Kepala Staff Angkatan Laut disaksikan oleh Kadislaikmatal, Kadismatal, Kadisadal, AslogKasal, Danlanal Banten dan Dansatgas dengan nama KRI Kurau-856.
Santi juga terlibat dalam pembuatan dua unit Kapal Induk Perambuan milik Direktorat Kenavigasian Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Republik Indonesia yang akan diserahkan ke Direktorat Kenavigasian Palembang dan Direktorat Kenavigasian Teluk Bayur, Padang.
Dalam kurun dua tahun terakhir, Santi menjadi satu-satunya wanita dalam proses pembangunan tiga unit kapal patroli cepat 40 meter. Tentu saja menjadi kebanggaan tersendiri untuk berkarya membangun kapal negara, karena Santi yakin putera dan puteri Indonesia pasti bisa!
Referensi:
http://www.kemenperin.go.id/artikel/2908/Galangan-Kapal-Tumbuh-