Tentang Quarter Life Crisis Bersama Teras Rehat
Dimulai dari kegelisahan pribadi seorang Andra Alfarisz yang datang dari XLFL Batch 7 kelas Medan, sehingga berinisiasi membuat sebuah proyek sosial untuk membantu anak muda menghadapi ‘quarter life crisis’. Penasaran? Yuk ikuti ceritanya melalui artikel ini 😊
Lulus kuliah di awal masa pandemi bulan April yang lalu, Andra Alfarisz yang mengambil jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, merasa khawatir dengan keadaan yang semakin menantang terlihat dan tidak menentu. Salah satunya adalah mengenai pekerjaan dan karirnya di masa depan. Andra bukannya tidak mempersiapkan, faktanya malah sangat mempersiapkannya, sudah merencanakan arah dan konsep karir impiannya sejak beberapa waktu yang lalu, namun pandemi pun menerjang dan membuat banyak perusahaan menunda proses rekrutmen baru. Ini artinya Andra harus mencoba berdamai dengan keadaan yang ia akui tidak seperti yang sudah direncanakan untuk dihadapi. Andra memiliki kekhawatiran dan kecemasan karena menghadapi kenyataan di luar prediksinya.
Habis gelap terbitlah terang. Andra tidak tinggal diam. Inspirasinya muncul ketika membaca buku Filosofi Teras oleh Henry Manampiring yang ternyata menjawab kegalauan ia selama ini. Di buku tersebut, ia menemukan hasil survei dari 3000 orang di Indonesia yang menjelaskan bahwa sekitar 63% responden secara umum merasa khawatir tentang kehidupan mereka. Demikian pula hasil riset oleh Ritz Konsultan Psikologi yang menunjukkan bahwa 53% dari mereka yang masuk kategori dewasa muda mengalami krisis emosional. Andra menyadari bahwa ia tidak sendiri; ia mungkin sedang menghadapi fase quarter life crisis, sebuah masa di mana anak muda mempertanyakan eksistensi dirinya dan menghadapi kegalauan mulai dari karier, pendidikan, masa depan, pertemanan, keluarga, asmara, dan lain sebagainya.
Andra pun melakukan refleksi diri. Ia berujar, “Saya saja yang selama ini sudah diberi kesempatan (privilege) untuk mengikuti XL Future Leaders saja, masih bersusah payah untuk mencari sesuatu yang saya impikan, apalagi teman-teman saya yang lain yang belum dapat merasakan kesempatan pengembangan diri menjadi awardee di XLFL”. Ia juga terbiasa mendengarkan curhat dari teman-temannya yang merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa untuk menghadapi hal ini. Andra pun berkesimpulan bahwa bila hal ini dibiarkan terlalu lama dan semakin besar, maka akan berpengaruh buruk kepada kesehatan mental banyak generasi muda.
Berdasarkan pemikiran tersebut, Andra pun mendirikan Teras Rehat yang merupakan sebuah proyek untuk membantu anak-anak muda mengenal mekanisme coping stress yang tepat saat menghadapi fase quarter life crisis. Ia juga menyadari bahwa fase ini bukanlah sesuatu yang harus dihindari. Namun dihadapi dengan strategi dan metode yang tepat sehingga anak muda Indonesia tetap produktif di masa usia 20-25 tahun khususnya menghadapi berbagai ketidakpastian di tengah pandemi Covid-19 ini. Secara spesifik, ia juga ingin membantu anak muda yang baru lulus kuliah untuk mempersiapkan diri mendapatkan kerja dan membangun karir di masa depan seperti yang mereka inginkan. Atas dasar itu, target utama dari proyek Teras Rehat ini adalah anak muda berusia 20-25 tahun. Andra bekerja sama dengan lembaga psikologi profesional, LSM kepemudaan, dan juga lembaga pengembangan karir di kampus untuk mewujudkan rencananya.
Teras Rehat memulainya dengan menyelenggarakan seri webinar mengenai quarter life crisis dan persiapan karir yang berhasil menarik minat 400 pendaftar dari 20 provinsi di seluruh penjuru Indonesia. Lebih dari itu, Andra juga memastikan bahwa Teras Rehat akan menjadi sebuah platform yang terus memberikan informasi berbentuk konten pada dua sosial media utama, yaitu Instagram dan podcast, yang akan mengundang profesional untuk membahas quarter life crisis. Proyek ini juga bekerja sama dengan Career Development Center di kampusnya untuk merencanakan sebuah program mentorship yang akan menghubungkan mahasiswa di tiap fakultas dengan mentor yang memiliki kompetensi di bidangnya dan sesuai dengan jurusan / bidang ilmu masing-masing.
Bergeser sedikit dari proyek Teras Rehat ini, Andra memberikan pendapatnya ketika ditanya mengenai makna pahlawan di tengah masa pandemi ini pada peringatan Hari Pahlawan di bulan November lalu, “Pahlawan bukanlah seorang sosok, tetapi lebih kepada karakter yang ia miliki”. Ia percaya bahwa pahlawan adalah seseorang dengan tingkat kepedulian dan empati yang tinggi terhadap orang lain di sekitarnya. Baginya, seorang pahlawan itu tidak egois dan tidak hanya memikirkan diri sendiri walaupun dalam keadaan sulit, sehingga tergerak untuk dapat membantu orang lain. Apalagi pada situasi seperti ini, dimana kita semua menghadapi dan mengalami tantangan dan kesulitan yang hampir sama di tengah pandemi. Sebagai contoh beberapa influencer di media sosial yang berinisiatif membantu mempromosikan UMKM secara gratis, sehingga membantu perekonomian mereka untuk terus berjalan, dan banyak inisiatif lainnya yang juga membantu roda kehidupan terus bergerak. Pada akhirnya, ia berharap bahwa kita semua mampu menghadapi masa pandemi ini dengan tetap semangat dan optimis untuk hari esok yang lebih baik.
Artikel by: Muhammad Afi Ramadhan