Resilience Throughout the Homebound Year: A Perspective from Bryan Gunawan
“Lautan yang tenang tidak akan melahirkan pelaut yang tangguh.”
Ibarat pelaut menerjang badai yang keras di tengah samudera, kita telah melewati gelombang ancaman kesehatan yang memporak-porandakan rencana, gaya hidup, dan kesejahteraan ekonomi selama lebihnya satu tahun ke belakang. Banyak yang kita korbankan sehingga kehidupan kita terasa mundur satu langkah.
Namun, pada saat yang sama terdapat garis keperakan yang terlihat di balik awan selepas badai itu berlangsung, menggambarkan nilai-nilai yang dapat dipelajari selepas dari badai tersebut.
Bryan Gunawan, seorang pimpinan departemen Sumber Daya Manusia sekaligus trainer komunikasi dan kepemimpinan, ingin berbagi tiga garis keperakan yang ia alami selama masa pandemi.
Mari kita simak ceritanya!
Mendefinisikan Ulang Makna Hidup
“The one year was all about finding out what’s the most important to you.”
Dahulu kita seringkali terlalu larut dalam kesibukan di dunia kita sendiri, dan tahun 2020 mengajarkan kita untuk juga memperhatikan hal sederhana yang nyatanya adalah sumber dari kebutuhan kita sebagai manusia, keluarga dan kesehatan, 2 hal sederhana yang seringkali kita kecilkan perannya.
Ketidaktahuan kita terhadap hal-hal yang akan terjadi dalam hidup kita di masa mendatang—termasuk penyakit yang tidak memandang siapa orang yang akan terinfeksi. Mulai dari kolega, rekan kerja, hingga sanak saudara satu-persatu terjangkit virus CoVID-19, membuat kita perlu lebih waspada dan membatasi diri dalam menjalani hidup.
Alhasil, kita perlu memilih siapa saja orang yang perlu kita perhatikan, apa saja pekerjaan yang perlu kita ambil, serta apa saja kegiatan yang perlu kita ikuti.
“Memilih pertempuran” adalah istilah yang dipilih untuk menggambarkan situasi ini.
Selain memilih pertempuran, kita juga disadarkan bahwa rupanya sosialisasi di tempat studi maupun tempat kerja adalah hal esensial yang bermakna. Misalnya, dahulu jam istirahat di kantor terasa biasa saja. Namun, kini jam coffee time untuk bersantai dan berdiskusi hal di luar pekerjaan bersama rekan kerja menjadi sangat penting dan dinantikan.
Menumbuhkan Empati
Banyak hal yang harus dihadapi selama satu tahun ke belakang: mengatasi rasa frustasi dalam diri akibat berbagai limitasi, hingga menghadapi tuntutan dunia yang kian menantang dan berubah begitu cepat. Di sinilah Bryan mengatakan bahwa empati menjadi kunci melalui satu tahun lalu.. Sesederhana dengan tidak menyebarkan berita hoaks maupun mendisiplin diri sesuai protokol kesehatan, kita sudah menolong diri kita untuk menumbuhkan empati.
Dalam praktik keseharian, empati juga dapat ditunjukkan dengan membuat pertemuan virtual menjadi lebih efisien. Kita tidak lagi perlu menunggu seseorang untuk berpindah dari satu lokasi untuk pertemuan, karena semuanya dilakukan di tempat yang sama. Namun sebagai gantinya, kita perlu memperhatikan ketepatan waktu untuk menghargai rekan dalam pertemuan. Seperti menghindari multitasking adalah bentuk empati yang baik kepada lawan bicara kita dalam sesi virtual.
Menicptakan Dampak
Di tengah masa pandemi, Bryan menginisiasi sebuah proyek bersama Anak Muda Mengajak di bawah pimpinan Bradley Gunawan, XL Future Leaders Batch 5, bertajuk Bryan Gunawan Project yang menawarkan penguatan kepemimpinan dan komunikasi anak-anak muda pembawa perubahan. Selama enam bulan, 34 anak muda diberi kesempatan untuk belajar bersama para pembawa perubahan di Indonesia yang sudah terbukti rekam jejaknya.
Proyek ini menghasilkan perubahan yang signifikan baik dari peserta maupun penyelenggara. Satu hal yang disorot adalah proses yang dilalui bersama memberi kesempatan self-recovery dari beban pekerjaan sehari-hari, terkhusus ketika melihat pertumbuhan dari para peserta. Bryan mengungkapkan bahwa proses ini membuka peluang baginya dan tim untuk mendefinisikan dan mengatur ulang tujuan hidup yang sempat kabur akibat beban pekerjaan sehari-hari.
Tentu saja proyek ini dapat terwujud akibat keberadaan orang-orang berdedikasi di balik layar yang berhasil mewujudkan perubahan tersebut. Sebagai seorang pemimpin, Bryan mengamati bahwa penting untuk memperhatikan kesejahteraan anggota tim terlebih dulu sebelum menuntut mereka menyelesaikan pekerjaan. Komunikasi intens, penyesuaian beban kerja, dan alokasi waktu bersama dengan tim menjadi tindakan nyata yang perlu dilakukan pemimpin kepada timnya.
Pesan untuk Pembaca Newsletter
“Pause. Jangan lupa untuk mengambil nafas dalam setiap proses kehidupan.
Prioritize. Pilih hal-hal yang paling berarti dalam hidup.
Please yourself first. Ini bukan tentang menjadi sombong, tapi memastikan kebutuhan diri sendiri (dan tim) sudah terpenuhi sebelum memberi dampak kepada orang lain.” pungkas Bryan.