Membangun Mimpi dari Desa Pesisir
Dyah Ayu Candra Shakti – XLFL B8 Surabaya – Fasilitator Book On Wheels
Hallo Dyah! Ceritain dong Book on Wheels itu apa?
Book on Wheels (BOW) adalah salah satu gerakan membaca berbagai buku yang dikumpulkan dari para donatur bagi anak-anak yang jauh dari kehidupan kota yang telah berdiri sejak tahun 2016. Alasan terbentuknya BOW ialah karena masih banyak sekolah yang tidak memiliki perpustakaan terutama yang berada di daerah pesisir. Awalnya, saya berpikir bahwa tempat tinggal saya dulu di Kalimantan Selatan sudah cukup terpencil. Namun ternyata, di Pulau Jawa tempat tinggal saya sekarang inipun saya bisa menemukan wilayah yang belum terjangkau pendidikan yang layak yakni Tulungagung. Jadi muncul inisiasi untuk membentuk platform gerakan membaca bagi adik-adik di Tulungagung.
Terus apa saja agenda dari para fasilitator Book on Wheels ini?
Biasanya kami, para fasilitator yang sifatnya sukarela ini, pergi ke pesisir pantai Tulungagung yang harus melewati medan cukup susah dengan perjalanan sekitar satu jam. Kami biasanya menargetkan sekolah yang tidak memiliki perpustakaan dan datang kesana pada hari Sabtu atau Minggu. Di tempat itu, saya menemukan banyak mimpi dan banyak harapan. Anak-anak yang begitu bersemangat untuk memilih buku-buku donasi yang telah kami kumpulkan, serta guru-guru yang tetap tersenyum gembira meskipun sedang berada di sebuah desa yang jauh dari kota. Hingga saat ini, saya bisa merasakan gejolak di dada saat saya bercengkrama langsung dengan murid-murid di SDN 4 Besole Tulungagung, Jawa Timur. Saya merasakan semangat mereka untuk belajar dan menggapai mimpi di masa depan.
Kira-kira pengalaman apa yang sulit dilupakan selama project ini berjalan?
Saat saya membimbing salah satu siswa kelas tiga yang bernama Jeni, saya bercerita tentang BJ. Habibie karena saat itu buku yang dia ambil berkaitan tentang sains dan BJ. Habibie. Saya bercerita tentang pesawat terbang dan pengalaman saya dulu menaikinya. Mungkin terdengar sederhana, namun Jeni ini memperhatikan saya dengan baik dan bertanya mengenai banyak hal. Dia juga bercerita tentang pengalamannya ketika mendapatkan ikan buntal di tepi pantai saat sedang menemani ibunya berjualan di objek wisata Pantai Popoh. Dari ceritanya, saya menyadari bahwa mimpinya dan ketertarikan dia tentang sains, mungkin hanya akan berakhir sebatas membantu ibunya berjualan di pantai dan seiring dirinya menjadi orang dewasa bisa jadi dia akan melupakan semua mimpinya. Saya tidak ingin ini terjadi pada Jeni dan siswa-siswa lain di seluruh indonesia. Mulai dari situlah, Jeni membuka pikiran saya untuk menjadi seorang guru. Karena menurut saya, guru bisa memberi motivasi mereka dan memberikan pemikiran yang luas tentang dunia, serta memberikan pandangan tentang seberapa jauh seharusnya mereka melangkah.
Hal apa dalam hidup yang kamu rasa semua orang harus menganggapnya penting?
Bagiku di atas semuanya, yang paling penting adalah mimpi. Ketika mereka punya mimpi yang tinggi, hal selanjutnya adalah mendapatkan pendidikan yang layak serta buku-buku yang bisa membantu mewujudkan mimpi mereka. Jadi, aku datang kesana, sambil bercerita tentang hal besar yang bisa mereka capai dan hal besar yang bisa mereka mimpikan. Sehingga, apa yang mereka baca dan apa yang mereka pelajari tidak hanya berhenti pada pekerjaan yang cuma bisa mereka lihat di desa mereka. Mereka harus keluar dan pergi sejauh mungkin untuk mendapatkan ilmu dan kembali untuk membangun desa mereka.
Jadi untuk para generasi muda, jangan takut untuk bermimpi setinggi mungkin karena Tuhan pasti mewujudkan dengan cara tidak terduga atau jika tidak, Tuhan akan menggantinya dengan hal yang lebih indah, ungkap mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris ini.