Emotional Intelligence dan Industri 4.0
“Emotional intelligence adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan dan memahami emosi (baik emosi orang lain maupun emosi diri sendiri) dengan tujuan meningkatkan kesehatan fisik dan mental. John Naisbitt telah memprediksikan masa depan dalam bukunya High Tech, High Touch; semakin canggih teknologi, maka semakin diperlukannya sentuhan rasa. Tampaknya, hal ini akan semakin terjadi. Robot dan mesin, akan semakin murah. Tapi tenaga manusia akan menjadi semakin mahal”
Menuju akhir tahun bukan alasan untuk untuk memperlambat langkah kamu khususnya jika kamu adalah seorang XLFL awardee—atau berharap bisa menjadi—XL Future Leaders awardee. Penghujung tahun artinya semakin dekat dengan National Conference, semakin dekat pula untuk menyambut wajah-wajah baru awardee XL Future Leaders dari Batch 9! Yayy …
XLFL terus bergerak, beradaptasi dengan kebiasaan baru dengan terus menjaga kualitas program dan kegiatannya. Belum lama, XLFL mengumumkan sebanyak 328 kandidat XL Future Leaders yang akan menjalani tahap terakhir dari seleksi Batch 9: the interview. Interview akan dilaksanakan mulai tanggal 24 September hingga 23 Oktober, dan ini adalah kali perdana seleksi interview XLFL yang akan dilaksanakan seluruhnya secara online. Sementara calon Batch 9 sibuk menyiapkan curriculum vitae, calon alumni bersiap-siap mempresentasikan hasil proyek TelcoSIP mereka, hasil olah pikir yang nantinya diharapkan akan menjadi bukti nyata kontribusi XLFL dalam menyelesaikan masalah yang ada di sekitar kita khususnya masalah-masalah yang dapat diselesaikan dengan pendekatan IoT.
Masih dalam tema perdana, bulan ini juga menjadi saksi bagi sesi online workshop yang dilaksanakan serentak bagi seluruh awardee Batch 7. Mengusung tema emotional intelligence, workshop terakhir sebelum kelulusan ini mengundang dua pembicara keren yang sama-sama membawakan insight yang menarik tentang skill terpenting di tahun 2020 berdasarkan World Economic Forum.
Bapak Feby Sallyanto, Chief Enterprise & SME Officer XL Axiata, yang mengisi sesi pertama. Dengan gaya bicaranya yang asik, jelas menunjukkan bahwa beliau memposisikan diri setara dengan para audience-nya yang notabene adalah para kaum millenial. Beliau mengingatkan tentang pentingnya menguasai emotional intelligence, hidup adalah 10% apa yang terjadi, dan 90% cara kita mengontrol reaksi. Karena itu, sangat penting untuk selalu berpikiran dan bertindak positif.
Ibu Dwiana Kusuma Wardhani, Head of Human Resources, Learning and Culture, menjadi tamu bagi keluarga XLFL Batch 7 pada sesi kedua. Hadir dari perusahaan fast-moving consumer goods (FMCG) terbesar di Indonesia, PT. Unilever Indonesia. Untuk menguasai emotional intelligence, beliau menekankan pentingnya personal mastery. Beliau juga menyatakan bahwa fokus pertama kali dari penerapan emotional intelligence adalah berada pada diri sendiri, kemudian berempati. Yakin kita semua setuju bahwa emotional intelligence memerlukan latihan dan bukan sesuatu yang hanya dipelajari secara teoritis.
Masing-masing orang memiliki kemampuan emosional yang berbeda. Ini yang nantinya membedakan hasil dari cara kita mengaplikasikannya. Beberapa orang mempunyai emotional intelligence cukup baik, banyak lainnya yang malah tidak mempunyai tingkat emotional intelligence yang seharusnya. Sebuah penelitian mengemukakan bahwa emotional intelligence yang tinggi berdampak pada ketahanan kesehatan fisik serta mental yang dimiliki yang akan mempengaruhi kesuksesan seseorang di dunia pekerjaan dan sosialnya jika dibandingkan dengan yang sekedar tinggi dalam hal kemampuan akademik.
Ini semua dapat dilatih dengan juga belajar bagaimana membangun growth mindset, sehingga dapat menerima tantangan-tantangan baru yang datang.
Growth mindset and emotional intelligence, how much have you applied?
Written by: Nadhila Fajriani Putri