“Aku Berkaca dari Sebuah Sedotan”

“Anak-anak ini hanya tahu bagaimana bisa hidup hari ini, tidak lebih,” kata Pak Nurrohman, Kepala Sekolah Masjid Terminal atau dikenal dengan Sekolah Master.

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di benak kami, ingin rasanya segera bertemu mereka dan membuktikan pernyataan itu tidak benar adanya.

Siang itu, ketika Matahari sedang terik-teriknya, kami tiba dan segera bergegas untuk mempersiapkan segala keperluan kegiatan sore itu untuk bertemu teman-teman muda ini. Sekitar jam dua, setelah mereka tadarusan, mereka mulai berdatangan dan memenuhi ruangan berukuran 5 x 10m yang bisa memuat sekitar 55 anak seumuran SMA, beserta sekitar 13 teman-teman panitia dari XL Future Leaders Batch 1 – 4.

Wajah-wajah penasaran memenuhi aula yang cukup panas namun terbantu dengan jendela-jendela kecil yang menghantar angin disiang itu untuk menemani kami hingga selesai.

Acara yang ditunggu tiba, setelah pembukaan dan perkenalan, Deedee, Program Leader XLFL kami memfasilitasi pemberian materi untuk teman-teman muda ini.

Satu hal yang membuat teman-teman muda ini terhenyak adalah pertanyaan pertama yang dilontarkan Deedee, “Berapa harga seplastik sedotan? Dan apakah harga itu sama dengan nilai kamu sekarang, apa yang membuatnya berbeda nilai jika kamu menjawab tidak sama?” Sebagian terdiam, sebagian menjawab ‘tidak sama’, sebagian menjawab berbisik dan terdengar ragu-ragu.

Pertanyaan hebat, yang membawa kegiatan sore itu begitu bermakna. Bagaimana disetiap detil pemberian materi, kerja kelompok, berkreasi, dan memaparkan pendapat mereka akan hasil kerja kelompok itu dipertanggungjawabkan dan dibagi untuk seluruh yang hadir siang itu. Belajar mengenali diri, menggali potensi, membangun kerjasama, membuka peluang, dan menjemput kesempatan yang diolah sedemikan rupa untuk membuka wawasan teman-teman muda ini.

Saya sendiri juga belajar banyak, saya yang jebolan XL Future Leaders B2 ini, masih lebih sedikit beruntung dari mereka. Saya lebih dulu mendapatkan pelatihan dan pelajaran seperti ini yang membuat saya ditempa keras untuk lebih berpikir kritis, mau lebih banyak membangun strategi dan bekerja keras untuk menghargai hidup dan mempersiapkan hari esok dan ratusan bahkan ribuan hari yang harus saya hadapi kemudian.

Disetiap sesi kegiatan yang berjumlah empat itu, selalu ada hal-hal baru yang meningkat dan disampaikan oleh mereka. Benar adanya, seperti pertanyaan di awal tadi, hampir seluruh teman-teman muda ini hanya tahu bagaimana untuk hidup hari ini. Ego mereka tinggi, kerjasama tidak ada dalam kamus mereka, salah adalah hal yang buruk ketika kata ‘usaha’ berarti mengulang untuk memperbaiki yang salah, bangkit untuk mencoba kembali sampai mendekati atau mendapatkan yang benar. Salah ya salah, itu buruk, akan hanya ada cacian atau kemarahan yang keluar dari mereka.

Hebatnya mereka mampu belajar cepat, dapat memahami dan merangkai kegiatan-kegiatan disetiap sesi itu dan berkata jujur tentang apa yang mereka rasakan, dan perubahan apa yang terjadi dalam waktu tiga jam itu.

Sayapun terhenyak, potensi untuk belajar hebat itu ada pada mereka, hanya kesempatan untuk mendapatkannya belum banyak, belum datang seperti angin siang itu yang terus menerus masuk melalui celah-celah jendela kecil itu. Ini PR saya dan teman-teman XL Future Leaders dan lainnya, bagaimana bisa bersinergi, berkontribusi, mencari kesempatan untuk berbagi, dengan baik dan tepat sasaran. Khususnya untuk memajukan pendidikan anak-anak Indonesia. Ahhh… Saya menjadi lebih semangat. Nilai diri kita kita yang tentukan, kita yang usahakan, terngiang-ngiang terus kata-kata Deedee di depan teman-teman muda itu.

Akhirnya acara yang merupakan bagian dari XLFL Ramadhan Act 2016 itupun harus berakhir. Ramadhan Xtra Berkah di Sekolah Master (Masjid Terminal ) Depok dihari Sabtu, 25 Juni 2016 itu sangant membekas dipikiran dan hati saya. Melihat dan mendengar kesan pesan diakhir acara, sayapun yakin pelajaran hari sangat membekas didiri mereka, semoga dapat diaplikasikan segera dan membawa perubahan yang hebat juga untuk mereka kelak.

Dari sesi yang banyak permainan dan kerjasama ini mereka belajar, bahwa sedotan yang lemah dan tidak bernilai tinggi itu jika kita mampu kreasikan dan memoles bentuknya dengan usaha dan kerja tim, maka hasil akhirnya akan berbeda. Perbedaan inilah yang akan memberikan nilai jauh di atas nilai awal sedotan itu sendiri, menjawab pertanyaan di judul tulisan ini: Aku Berkaca dari Sebuah Sedotan.

Kegiatan hari ini diakhiri dengan Buka Puasa bersama dan juga penyampaian kesan-pesan mereka setelah mengikuti acara XLFL Ramadhan Act Xtra Berkah ini.  Inilah empat hal penting yang terangkum dalam catatan-catatan mereka:

  • Pentingnya berpikir kirits dan berkomunikasi secara efektif
  • Bagaimana membangun jiwa kepemimpinan
  • Pentingnya membangun kerja sama
  • Menerima kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajaran, untuk kemudian bangkit lagi.

Kita semua sama, diberi akal dan hati. Diberi kesempatan untuk hidup dan mengalami hal-hal di dalamnya. Banyak dari kita tahu bagaimana memiliki cita-cita dan membangun strategi untuk meraihnya. Sebagian dari kita mendapatkan kesempatan untuk berlatih hebat, dibantu dengan seorang guru, trainer, facilitator, atau apapun label yang bisa kita sematkan untuk mendukung jalan yang kita bangun untuk sukses dalam hidup. Teman-teman muda inipun sama, mereka punya cita-cita tinggi seperti layaknya sebagian kita. Hanya saja mereka tidak tahu bagaimana cara meraihnya. Kecukupan untuk hidup normal menjadi prioritas mereka. Teamn-teman muda ini butuh orang-orang yang mau merangkul, berbagi ilmu dan pengalaman serta mau mendengarkan apa yang mereka aspirasikan. Sehingga mereka bisa juga melangkah hebat untuk meraih masa depan yang lebih baik dari hari ini.

 

Semoga XL Future Leaders dan kita semua bisa lebih banyak memberikan aksi nyata kepada lingkungan dan masyarakat sekitar melalui kegiatan-kegiatan serupa. Salam Berbagi!

 

Words by Devi, XLFL B2.