Aristotell: Belajar Sejarah Secara Digital

Words by Ninda Frisky Rahmawati – XLFL B3

Rabu, 6 Oktober 2016, saya dan kelompok Social Innovation Project saya dari XL Future Leaders batch 3 Yogyakarta melakukan launching sebuah aplikasi permainan berbasis Android bersamaan dengan pembukaan acara Vredeburg Fair 2016. Aplikasi yang dimaksud bernama Aristotell yang merupakan kependekan dari Augmented Reality for History Telling.

Apa itu Aristotell?

Aristotell merupakan sebuah game sejarah berbasis android yang memanfaatkan teknologi augmented reality. Melalui aplikasi ini, pengguna diajak berpetualang untuk menapaki kembali sejarah masa lalu melalui koleksi-koleksi di museum. Pengunjung museum yang menggunakan aplikasi Aristotell akan merasakan pengalaman menjadi seorang pelaku sejarah yang turut serta berjuang dalam perebutan kemerdekaan Indonesia. Dengan adanya aplikasi Aristotell diharapkan proses penyampaian informasi dari museum kepada pengunjung tidak hanya bersifat satu arah, namun juga interaktif sehingga pembelajaran sejarah melalui museum akan terasa lebih mudah dan menyenangkan.

Aplikasi Aristotell ditujukan kepada siswa-siswi usia sekolah dasar dan menengah dimana ponsel android sudah umum digunakan. Permainan pada Aristotell terdiri dari beberapa level dengan kesulitan yang semakin meningkat di tiap levelnya. Saat ini pengembangan aristotell masih berada tahap awal. Aristotell dikembangkan dengan dukungan penuh dari Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, namun tidak menutup kemungkinan untuk dikembangkan pada museum-museum lainnya. Pembuatan aplikasi ini diharapkan akan dapat menjadi pionir bagi inovasi-inovasi pengembangan museum untuk ke depannya.

 

Latar Belakang Aristotell

Pembuatan aplikasi Aristotell didasari atas keprihatinan terhadap kurang diminatinya wisata museum di Indonesia. Image museum yang kuno dan membosankan menjadi penyebab masyarakat enggan datang ke museum. Aristotell berusaha untuk mengubah konsep tersebut dan menjadikan museum sebagai objek wisata yang modern dan menyenangkan dengan cara memadukannya dengan teknologi Augmented Reality yang sedang populer akhir-akhir ini.

 

dsc_0209

 

Pengembang Aristotell

Ide pengembangan aristotell merupakan hasil pemikiran dari enam mahasiswa dari UGM dan UNS yang tergabung dalam beasiswa XL Future Leaders. Project diketuai oleh Risqi Faris Hidayat yang merupakan alumni dari Jurusan Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada dengan anggota:

  • Faisal Sya’bani – Teknik Elektro UGM (Motivator)
  • Devlin Hazrian Saleh – Kehutanan UGM (Public Relation)
  • Yogyaniarti Yuliana P. – Teknik Kimia UGM (Product Analyst)
  • Intan Sulistyarini – Pendidikan Bahasa Indonesia UNS (Marketing)
  • Ninda Frisky Rahmawati – Teknologi Informasi UGM (Tech Engineer)

 

Kolaborasi

Selama pengembangan aplikasi Aristotell mendapat dukungan penuh dari Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Pengembangan aplikasi dibimbing oleh Tidar Rachmadi, mentor dari PT. XL Axiata dan Bapak Bimo Sunarfri Hantono daro Universitas Gadjah Mada. Selain itu, pengembangan aplikasi juga berkolaborasi dengan Night Login, Game Developer UGM sebagai pengembang aplikasi dan komunitas Night At The Museum sebagai sumber sejarah.

 

Pengembangan Produk Aristotell

Perancangan produk Aristotell diawali dengan diadakannya Social Innovation Challange oleh PT. XL Axiata. Setelah tim kami menganalisa permasalahan yang ada di Yogyakarta. Masalah sepinya pengunjung museum merupakan masalah yang masih belum banyak diperhatikan. Oleh karena itu, dibuatlah program Aristotell sebagai solusi permasalahan tersebut.

Pembuatan marker Aristotell dilakukan dengan menggunakan Vuforia, sedangkan pengembangan aplikasinya dilakukan dengan menggunakan Unity. Pembukaan permainan diawali dengan sebuah prolog cerita yang disajikan dalam bentuk komik. Tokoh dari game adalah seorang wartawan yang sedang mencari referensi bacaan di perpustakaan dan tanpa sengaja menemukan buku kuno yang unik. Buku tersebut mengarahkan si wartawan untuk datang ke Museum Vredeburg. Setelah sampai di Museum Vredeburg dia menemukan bahwa objek objek di museum berubah menjadi hidup dan meminta bantuan untuk membantu mereka merebut kemerdekaan.