Find Your Spark in 2021: A Mindful Fresh Start

Menapaki tahun 2021 dengan penuh optimisme dan harapan untuk perbaikan diri agar tercipta perubahan yang lebih baik dari tahun-tahun selanjutnya itu bisa dan harus. Ini bertujuan agar di hari-hari kemudian nanti, banyak dari kita yang dapat melahirkan ide-ide peningkatan atau bahkan baru untuk memastikan peran dari masing-masing kita berguna untuk untuk pribadi dan orang-orang di sekeliling kita.

Namun, sebenarnya bagaimanakah menemukan peran diri yang tepat di tengah tuntutan perubahan dunia yang serba cepat?

Menjawab pertanyaan tersebut, Fellexandro Ruby, penulis buku You Do You: Discovering Life through Experiments & Self-Awareness sekaligus pemilik siniar Thirty Days of Lunch, mengatakan bahwa peka dan jujur terhadap diri sendiri adalah kuncinya.

Perbincangan beberapa saat setidaknya memberikan 5 informasi penting mengenai kesadaran akan diri sendiri dan sekitar (mindfulness).

Pertama, tidak membandingkan diri dengan orang lain, kita justru perlu melihat ke dalam diri kita sendiri dengan memetakan masa lalu. Tidak memerlukan metodologi yang rumit, hal tersebut dapat dimulai dari memperhatikan keseharian kita. Melihat aplikasi mana dalam smartphone yang paling sering kita gunakan adalah contoh kecilnya. Ia mencontohkan, seseorang yang gemar bermain game RPG yang memiliki 100 level dibandingkan dengan seseorang yang bermain game one-show menunjukkan bahwa seseorang tersebut memiliki ketahanan untuk mengerjakan suatu hal dalam jangka panjang.

Kedua, cara lain yang dapat digunakan sebagai jendela diri adalah memperhatikan siapa orang-orang yang ada di sekitar kita. Ruby, yang juga merupakan seorang pembuat konten (content creator) yang akrab dengan topik seputar menemukan diri dan seputar quarter life-crisis, khususnya dalam hal karir, di kalangan generasi millennial, menambahkan, “Diri kita adalah cerminan dari lima orang terdekat kita”. Menilik pola perilaku dan lingkungan pergaulan juga merupakan jembatan untuk mengarahkan minat dan kemampuan pada tipe pekerjaan dan industri yang sesuai dengan diri kita.

Ketiga, implementasi diagram Ikigai. Bagaimana menemukan irisan dari keahlian yang kita sukai (passionate) dengan apa yang dunia butuhkan dan dunia mau membayar kita. Menemukan irisan dari ketiga hal inilah adalah kunci untuk hidup seutuhnya.

Ruby menjelaskan, bahwa kecemasan-kecemasan generasi millennial yang khawatir tidak dapat menjalani pekerjaan sesuai dengan passion mereka sesungguhnya baru permulaannya saja. Faktanya, generasi millennial dan seterusnya memerlukan kemampuan untuk melihat dunia dalam jangka panjang. Hidup juga memiliki musimnya, dan dalam setiap musimnya itu terdapat kesempatan untuk bekerja sesuai keinginan, adakalanya juga menuntut kebutuhan untuk sekedar bertahan. Disinilah Ruby mengenalkan istilah transfer-able skills. Dimana sesungguhnya esensi dari minat atau kemampuan yang kita miliki terletak pada bagaimana kita dapat tetap memanfaatkannya sesuai kondisi dan kebutuhan yang ada. Misal, ketika seorang pramugari yang dapat memanfaatkan kemampuan multibahasa dengan mengajar bahasa asing selama masa pandemi saat industri penerbangan hanya 10% beroperasi.

Keempat, Ruby juga menambahkan, pandemi justru dapat menjadi ajang untuk melatih resilience ‘muscle’ atau kemampuan untuk bangkit dari kegagalan dan membangun optimisme jangka panjang. Menurutnya, resilience adalah kemampuan yang tidak bisa didapatkan melalui kata-kata motivasi, namun melalui pengalaman. Di tengah dunia yang akan terus berubah, hanya mereka yang mau berkembang tiap harinya yang akan bertahan. Generasi yang melalui masa 2020-2021 justru beruntung karena memiliki kesempatan untuk melatih mental berjuang dan mencoba berbagai macam hal demi mengembangkan diri.

Kelima, Ruby menegaskan, untuk menjalani tahun 2021 yang penuh optimisme perlu dibarengi dengan mindfulness dalam spektrum logis dan rasa.

Spektrum logis, ketika memilih untuk berkompetisi, maka kita sadar akan konsekuensinya sehingga memberikan usaha yang lebih. Sedangkan dalam spektrum rasa, mindful juga bermakna fokus pada momen yang terjadi saat ini. Tidak sedih karena masa lalu ataupun cemas akan masa depan. Ruby berprinsip, dengan hadir di masa ini Ia ingin memberikan manfaat dengan setiap tindakan dan perkataan yang dilakukan. “Setiap kata yang saya keluarkan saya sadar ini akan memberikan manfaat, memberikan dampak. Menurut saya jika kita seperti itu, hasil yang akan kita kerjakan akan maksimal.” tutup Ruby.

 

Oleh Sheila Firda – XL Future Leaders Batch 8